1. Tuhan
Tidak Butuh Shalatmu
Jika Tuhan adalah Maha Sempurna, maka Dia
tidak bertambah mulia dengan ibadahmu dan tidak berkurang jika kau
meninggalkannya. Tuhan tidak membutuhkan apapun darimu, karena Dia sudah sempurna
dalam keabadian-Nya.
Lalu, jika Tuhan tidak butuh shalatmu,
untuk apa kau shalat?
Jawabannya: shalat bukan untuk Tuhan, tetapi
untuk dirimu sendiri.
Shalat bukan sekadar ritual, tetapi cermin
yang menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya.
“Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan
mengenal Tuhannya.”
Shalat adalah sarana untuk membongkar ilusi
keberadaanmu. Setiap takbir adalah kematian ego, setiap rukuk adalah
pengakuan ketidakberdayaan, dan setiap sujud adalah puncak kehancuran
dirimu di hadapan Tuhan.
2. Siapa
yang Sebenarnya Sedang Shalat?
Apakah kau benar-benar yang sedang shalat?
Tubuhmu bergerak, mulutmu mengucap doa, tetapi
siapa yang sebenarnya melakukan semua itu? Jika kau berkata “Aku shalat”,
maka siapa “aku” yang kau maksud?
- Jika “aku” adalah tubuh, maka tubuh hanyalah sekumpulan daging dan
tulang.
- Jika “aku” adalah pikiran, maka pikiran hanyalah ilusi yang datang
dan pergi.
- Jika “aku” adalah jiwa, maka jiwa pun tidak berdiri sendiri, ia
hanyalah pancaran dari Wujud Yang Maha Mutlak.
Maka ketika kau mengatakan “aku shalat”,
apakah benar ada ‘aku’ di sana?
Bukankah yang shalat hanyalah manifestasi dari
Tuhan itu sendiri?
Jika benar bahwa "La ilaha illa
Allah" (tidak ada yang berhak disembah selain Allah), maka apakah ada
sesuatu selain Dia yang mampu berdiri sendiri? Jika segala sesuatu berasal
dari-Nya, oleh-Nya, dan menuju kepada-Nya, maka siapa yang sebenarnya
sedang shalat?
Di sinilah letak kesadaran tertinggi dalam
shalat. Bukan engkau yang shalat, tetapi Dia yang shalat melalui dirimu.
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Tetapi, apakah manusia yang menyembah Tuhan?
Ataukah justru Tuhan yang sedang menyembah Diri-Nya sendiri melalui manusia?
3. Jika
Tuhan Ada di Mana-Mana, Mengapa Kau Mencari-Nya?
Orang yang shalat sering merasa mencari
Tuhan. Tapi bagaimana mungkin kau mencari sesuatu yang tak pernah jauh
darimu?
Jika Tuhan ada di mana-mana, mengapa kau masih
merasa harus mencarinya?
Bukankah setiap napasmu adalah bagian
dari-Nya?
Bukankah setiap detik keberadaanmu hanyalah pantulan dari Wujud-Nya?
Jika kau shalat dengan kesadaran bahwa Tuhan
itu jauh, maka kau terjebak dalam ilusi keterpisahan.
Jika kau shalat dengan kesadaran bahwa Tuhan dekat, maka kau mulai mendekati
kesadaran hakiki.
Tetapi jika kau shalat dengan kesadaran bahwa tidak ada yang terpisah antara
kau dan Tuhan, maka siapa yang menyembah siapa?
“Aku lebih dekat kepadamu daripada urat
lehermu.” (QS. Qaf: 16)
Jika kau benar-benar memahami ini, maka tak
perlu menunggu shalat lima waktu untuk merasa dekat dengan Tuhan.
Karena dalam setiap tarikan napas, setiap detik keberadaanmu, kau sedang sujud
kepada-Nya.
4. Apakah
Shalat Masih Perlu?
Jika seseorang telah mencapai kesadaran
makrifat, di mana dirinya telah lenyap dalam Wujud Tuhan, apakah ia masih
perlu shalat?
Orang yang telah mengenal hakikat tidak
akan meninggalkan shalat, tetapi shalatnya bukan lagi kewajiban, melainkan
ekspresi kesadaran ilahi yang mengalir dalam dirinya.
Ia shalat bukan karena diperintah, bukan
karena takut dosa, dan bukan karena ingin pahala.
Ia shalat karena ia telah melebur dalam-Nya.
Seperti seorang kekasih yang tak lagi
mencintai karena janji atau hadiah, tetapi karena cinta itu sendiri telah
menjadi dirinya.
Bahkan Rasulullah ﷺ,
manusia yang paling dekat dengan Tuhan, tetap shalat hingga kakinya bengkak.
Maka bagaimana mungkin seseorang yang baru mengenal sedikit dari hakikat-Nya
merasa tidak perlu shalat?
Kesimpulan:
Jika Kau Shalat, Siapa yang Sujud?
- Shalat bukan untuk Tuhan, tetapi untuk menyadarkanmu akan siapa
dirimu.
- Jika Tuhan Maha Esa, maka siapa sebenarnya yang shalat?
- Jika Tuhan lebih dekat dari urat lehermu, mengapa kau masih
mencarinya?
- Shalat bukan sekadar ritual, tetapi proses lenyapnya ego dalam
kesadaran ilahi.
Jadi, ketika kau sujud dalam shalatmu,
tanyakan pada dirimu sendiri:
Siapa yang sedang bersujud?
Siapa yang sedang menyembah?
Dan kepada siapa sujud itu ditujukan?
0 komentar:
Post a Comment